Generasi zaman now pada khususnya mahasiswa, banyak mendapat kritik dari generasi sebelumnya, sebutlah:

  1. mudah mengeluh
  2. mudah menyerah
  3. terlalu dimanjakan teknologi
  4. lari dari masalah
    memang sih, tidak semua Generasi muda seperti ini, namun ini hanya pada sebagian besar kasus.

Contoh yang mudah adalah ketika Ujian Akhir Semester, kartu ujian hilang, bukannya melaporkan kehilangan untuk mendapatkan kartu baru malah merajuk tidak ikut ujian. Bangun kesiangan sehingga terlewat ujian, malah sekalian melanjutkan tidur atau malah main, padahal setidaknya melapor ke kampus, berusaha mencari solusi, bukan malah dibiarkan begitu saja, ya lebih tepatnya lagi kalau tau mau ujian ya jangan begadang supaya jangan kesiangan.

Saya pribadi ketika jadi mahasiswa bukanlah pribadi yang tidak bermasalah. Ketinggalan kartu ujian, kesiangan, bolos kuliah dengan dalih organisasi, berdebat hebat dengan dosen yang tidak jarang berimbas kepada nilai, protes nilai, dan banyak hal lain yang tidak kalah bermasalahnya dengan mahasiswa zaman now. Tapi semua itu harus dihadapi supaya bisa menemukan solusi. Pada satu titik permasalahan tidak dihadapi maka hanya sesal kemudian yang bisa ditemui.

Miaww

Pagi ini di Edmodo, saya membaca sebuah posting dari Mr. Williams yang membagikan sebuah video di YouTube tentang “Motivational 2018”. Video ini menampilkan para atlit Paralympic 2012 di London. Paralympic adalah olimpide bagi maaf penyandang cacat. Pada video tampak atlit renang dengan kekurangannya masing masing, ada yang hanya memiliki satu tangan, ada yang kakinya tidak bisa diluruskan, dan berbagai macam kekurangan lainnya. Hal ini menjadi sorotan saya, karena saya sendiri alhamdulillah memiliki tangan dan kaki yang lengkap tapi malah tidak bisa berenang !!

Miaww

Atlit dengan berbagai macam kekurangannya memulai perlombaan dengan caranya masing-masing. Atlit dengan tangan yang lengkap bisa bergantung diujung kolam, yang hanya memiliki satu tangan bergantung dengan satu tangan, yang memiliki satu tangan yang tidak sempurna bergantung pada handuk yang dipegangi pelatihnya, yang tidak memiliki tangan bergantung dengan menggigit handuk yang juga dipegang oleh pelatihnya. Hanya dari scene ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa terlepas dari kekurangannya masing-masing sang atlit mengatasinya pun dengan cara masing-masing. Bahwa setiap orang pasti punya “ketidakmampuan”, setiap orang pasti “masalah”, setiap orang pasti punya “kekurangan”. Bahwa meski dengan ketidakmampuan, masalah, dan kekurangan, bukan menjadi alasan untuk seseorang untuk tidak menyelesaikan masalahnya.

Setiap manusia lahir dengan ketidakmampuan. tidak mampu berbicara, tidak mampu berjalan, tidak mampu bahkan hanya untuk duduk sekalipun. Namun seiring berjalannya waktu tiap manusia belajar bicara, berjalan, duduk, dengan caranya masing-masing. Begitu juga dengan programmer, tidak pernah ada tuh programmer yang jago ngoding dari lahir. Semua butuh proses, proses belajar yang panjang, dengan cara yang berbeda tiap orangnya, dengan pengalaman yang berbeda untuk bisa menguasai suatu keahlian.

Pada akhirnya mengenali ketidakmampuan, masalah, dan kekurangan kita sendiri juga penting untuk bisa mengatasi itu semua, untuk mencapai suatu prestasi.